[ENGLISH VERSION]

FROM LAND DWELLER TO SKYSURFER: BANGAU TONGTONG
By: Yosvaldo Gerry
Plant Culture Staff Badak LNG

Image

Ebony wings can be seen tracing the blue sky. Its flying style is elegantly graceful, almost like surfing through the sky. From the ground below, its figure resembles an eagle. From its appearance and the way it moves, even a layman would immediately guess that it was a predatory bird. However, that guess could be wrong. Because the ruler of the sky that we will discuss here is not an eagle, but a stork. The common stork group is associated with swamps, ponds or rivers, but in this article, the stork itself can fly at very high distances from land and water. This bird is nicknamed Bangau Tongtong with the scientific name: Leptoptilos javanicus.

Bangau Tongtong is a type of bird that can be found in Asia (especially in Southeast Asia) with estimated populations in each country: Cambodia (1500 – 3500 pairs), Malaysia (300 individuals), India (1200 adult individuals), Nepal (200 – 700 individuals), and Indonesia (2000 individuals in 1993 and population continues to decline). Unfortunately, this bird has been declared extinct in China and Singapore. Bangau tongtong, known internationally as the Lesser Adjutant, is characterized by its large size (122 – 129 cm) with a heavy yellowish bill, bare head and neck with no pendant pouch, ashy-greenish black above, and dirty white below. This giant stork is an animal that is near threatened according to the IUCN Red List and is a protected animal according to the Minister of Environment and Forestry Regulation No. P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 of 2018.

Although Bangau Tongtong are often seen gliding in the sky, these birds also rest and nest on land. Tongtong storks like undisturbed wilderness and prefer to be alone in areas with standing water, lakes in the forest, and along calm rivers. In several other reports, Bangau Tongtong can also be found along dry riverbeds (dry lowlands) or in lowland forests. In the Badak LNG’s conservation area, Bangau Tongtong's terrestrial habitat can be found around mangrove forests, muddy plains, swamps near the sea, and brackish areas. These habitats is also mentioned in the Handbook of the Birds of the world by del Hoyo, et al. in 1992. According to the research by Sutiawan and Hernowo (2016) in the mangrove area, the trees chosen for resting by Bangau Tongtong were located in the outermost areas. Apart from being a place to rest, mangroves are also used as a place to find food, especially in open and muddy areas. In the mangrove area, Bangau Tongtong consume mudskippers, crabs and mangrove lizards.

If the mangrove area is used as a resting place for Bangau Tongtong, the drier area is used as a nesting place. According to the research by Sutiawan and Hernowo (2016), Bangau Tongtong nests can contain 3 white eggs, symmetrical in shape, and measure 10 cm long and 5 cm wide. The diameter of the Bangau Tongtong's nest is approximately 90 cm and weighs up to 2.2 kg. This stork's nest is in the form of a platform (flat shaped) and is composed of tree branches. According to Burger (1978), large waterbird species will nest in taller trees than small waterbird species to avoid competition.

Did you know that when Bangau Tongtong is on land, the threats to this protected animal is very high. The sad facts that occur in the field is that poachers hunt for both Bangau Tongtong meat and their eggs. Apart from hunting, converting mangrove habitat into shrimp or milkfish ponds can also reduce the food area for this rare animal. But don't worry, especially in the Badak LNG’s conservation area, Bangau Tongtong are safe and sound. At the outer area on the mangroves and coastal conservation forests in Area IX, these storks can still be seen looking for food when the sea is on a low tide. And luckily, anyone who is in the Badak LNG’s land area can still see these storks flying in pairs or solitary every day. According to testimony from one of the Badak LNG’s biodiversity monitoring teams, while they were sailing along the sea near the mangrove area of ​​the plant site, they saw this protected stork's nest from a very close distance, guarded by a fierce mother flapping her exotic giant wings.

Source: 
  1. BirdLife International (2013). Leptoptilos javanicus. The IUCN Red List of Threatened Species 2013. http://www.iucnredlist.org/details/22697713/0. Electronic version accessed January 2024.
  2. Burger J. 1978. Competition between catle egrets and native north american heron, egrets, and ibies. Condor. 80(1): 15-23.
  3. De Silva TN. 2015. Lesser Adjutant Leptoptilos javanicus Horsfield, 1821 (Ciconiiformes: Ciconiidae) in the dry lowlands of Sri Lanka: distribution, ecology, and threats. DOI: 10.13140/RG.2.1.4139.3124.
  4. Harrison J, Worfolk T. 1999. A Field Guide to the Birds of Sri Lanka. Oxford University Press (UK): Oxford, 35-37pp.
  5. Henry GM. 1998. A Guide to the Birds of Sri Lanka, 3rd edition. K. V. G. de Silva & Sons (LK): Kandy, 51-52pp.
  6. Qiptiyah M, Broto BW, Setiawan H. 2013. Keragaman jenis burung pada kawasan mangrove di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Penelitian Kehutanan Wallacea. 2(1): 41-50.
  7. Sutiawan R, Hernowo JB. 2016. Analisis Populasi dan Habitat Bangau Tongtong (Leptoptilos Javanicus Horsfields 1921) di Taman Nasional Alas Purwo, Jawa Timur. Media Konservasi. 21(3): 207-215.

[VERSI INDONESIA]

PENGHUNI DARAT PESELANCAR LANGIT: BANGAU TONGTONG

Kepak sayap berwarna hitam terlihat menyusuri birunya langit. Gaya terbangnya sangat anggun, hampir seperti berselancar di angkasa. Dari kejauhan, sosoknya mirip dengan burung elang. Baik dari perawakan dan caranya bergerak, bahkan orang awam pun akan langsung menebak bahwa itu merupakan si burung predator. Namun tebakan itu bisa saja salah. Karena penguasa langit yang akan kita bahas di sini bukan dari jenis elang, tapi bangau. Kelompok bangau identik dengan daerah rawa, kolam, ataupun sungai, namun burung yang akan kita bahas dapat terbang dengan jarak yang sangat tinggi dari daratan dan perairan. Burung ini dijuluki sebagai Bangau Tongtong dengan nama ilmiah Leptoptilos javanicus.

Bangau Tongtong merupakan jenis burung yang dapat ditemui di wilayah asia (khususnya di asia Tenggara) dengan dugaan populasi di setiap negara, yaitu: Kambodia (1500 – 3500 pasang), Malaysia (300 individu), India (1200 individu dewasa), Nepal (200 – 700 individu), dan Indonesia (2000 individu pada tahun 1993 dan terus menurun populasinya). Sayangnya burung ini sudah divonis punah di negara China dan Singapura. Bangau Tongtong yang dikenal secara internasional dengan julukan Lesser Adjutant memiliki ciri ukuran besar (122 – 129 cm) dengan paruh raksasa berwarna kuning, kepala gundul, leher tanpa kantung, warna kehitaman pada bagian atas serta putih kusam pada bagian bawah. Bangau raksasa ini merupakan hewan yang hampir terancam menurut IUCN Red List serta masuk ke dalam satwa dilindungi menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 Tahun 2018.

Meskipun bangau Tongtong sering terlihat di angkasa, namun burung ini juga beristirahat dan bersarang di daratan. Bangau Tongtong menyukai alam liar yang tidak terganggu dan lebih memilih menyendiri di area dengan genangan air, danau di hutan, dan sepanjang aliran sungai tenang. Pada beberapa laporan lainnya, bangau Tongtong dapat juga ditemukan di sepanjang sungai yang mengering (dataran rendah kering) atau di hutan dataran rendah. Di area konservasi Badak LNG habitat darat bangau Tongtong dapat ditemukan di sekitar hutan mangrove, dataran berlumpur, rawa dekat laut, serta daerah payau. Habitat tersebut sesuai dengan catatan dari buku Handbook of the Birds of the world karangan del Hoyo, et al. pada tahun 1992. Menurut penelitian Sutiawan dan Hernowo (2016) pada area mangrove, pohon yang dipilih untuk beristirahat oleh Bangau Tongtong adalah jenis tegakan pohon yang letaknya di area terluar. Selain sebagai tempat istirahat, mangrove juga digunakan sebagai tempat mencari pakan, terutama pada area terbuka dan berlumpur. Pada areal mangrove Bangau Tongtong mengkonsumsi ikan gelodok, kepiting, hingga kadal mangrove.

Apabila area mangrove digunakan sebagai tempat beristirahat oleh bangau Tongtong, area yang lebih kering digunakan sebagai tempar bersarang. Menurut penelitian Sutiawan dan Hernowo (2016) sarang Bangau Tongtong dapat berisikan 3 butir telur dengan warna putih, bentuk simetris, serta ukuran panjang 10 cm dan lebar 5 cm. Diameter sarang Bangau Tongtong kurang lebih 90 cm dan memiliki bobot hingga 2.2 kg. Sarang bangau ini termasuk dalam bentuk platform, yaitu memiliki bentuk datar dan tersusun oleh ranting pohon. Menurut Burger (1978) spesies burung air berukuran besar akan bersarang pada pohon yang lebih tinggi daripada spesies burung air kecil untuk menghindari persaingan.

Tahukah kalian saat Bangau Tongtong berada di daratan, ancaman terhadap hewan dilindungi ini sangat tinggi. Fakta menyedihkan yang terjadi di lapangan adalah adanya perburuan dari oknum tidak bertanggungjawab, baik dari daging Bangau Tongtong hingga telurnya. Selain perburuan, konversi habitat mangrove menjadi tambak juga dapat mengurangi area pakan dari hewan langka ini. Tapi tenang, terkhusus pada area konservasi Badak LNG, Bangau Tongtong masuk dalam kategori tidak terganggu. Di area pinggiran mangrove dan pesisir hutan konservasi Area IX, bangau ini masih terlihat mencari pakan saat laut sedang surut. Dan siapapun yang berada di area daratan Badak LNG dapat setiap hari melihat bangau ini terbang berpasangan ataupun secara soliter. Menurut kesaksian dari salah satu tim pemantauan keanekaragaman hayati Badak LNG, saat sedang menyusuri laut dekat mangrove area pabrik, mereka melihat sarang bangau dilindungi ini dari jarak sangat dekat, lengkap dengan induk yang mengepakkan sayap raksasanya.

Daftar Pustaka: 
  1. BirdLife International (2013). Leptoptilos javanicus. The IUCN Red List of Threatened Species 2013. http://www.iucnredlist.org/details/22697713/0. Diakses Januari 2024.
  2. Burger J. 1978. Competition between catle egrets and native north american heron, egrets, and ibies. Condor. 80(1): 15-23.
  3. De Silva TN. 2015. Lesser Adjutant Leptoptilos javanicus Horsfield, 1821 (Ciconiiformes: Ciconiidae) in the dry lowlands of Sri Lanka: distribution, ecology, and threats. DOI: 10.13140/RG.2.1.4139.3124.
  4. Harrison J, Worfolk T. 1999. A Field Guide to the Birds of Sri Lanka. Oxford University Press (UK): Oxford, 35-37pp.
  5. Henry GM. 1998. A Guide to the Birds of Sri Lanka, 3rd edition. K. V. G. de Silva & Sons (LK): Kandy, 51-52pp.
  6. Qiptiyah M, Broto BW, Setiawan H. 2013. Keragaman jenis burung pada kawasan mangrove di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Penelitian Kehutanan Wallacea. 2(1): 41-50.
  7. Sutiawan R, Hernowo JB. 2016. Analisis Populasi dan Habitat Bangau Tongtong (Leptoptilos Javanicus Horsfields 1921) di Taman Nasional Alas Purwo, Jawa Timur. Media Konservasi. 21(3): 207-215.
©2024 PT Badak NGL. All Rights Reserved.

Search