INVESTIGATING THE RESISTANCE TO BRAIN INJURY IN WOODPECKERS
COOP 38 Plant Culture Badak LNG
Who used to watch a cartoon movie called Woody Woodpecker as a child? It turns out that this bird has its original form in Indonesian, with it’s characteristics exactly looks like Woody Woodpecker so it is given the name "Burung pelatuk", and also the ability to produce a soft whinny sound between eight to twelve fast notes on one note.
Woodpecker or commonly known as woodpecker by Indonesians is a bird that has the most unique habit, compared to all birds in the world. It is able to pound repeatedly with its beak into tree trunks. Their purpose in doing so is to find food sources such as gnats or to attract a mate.
So, how can a woodpecker repeatedly peck a tree trunk without damaging its brain?
Well, according to the International Journal of Impact Engineering, scientists found that woodpeckers peck at slightly different points with each peck, minimizing the focus of the impact on just one part of the brain. The woodpecker's skull is more flexible thanks to the shape of its bones in the form of plate pieces. This minimizes brain damage caused by back and forth pecking movements. There is also a special soft bone in the woodpecker's skull called the hyoid bone that covers the entire skull outside the brain. It is this bone that binds the woodpecker's brain and ear organs so that they remain still and do not move with the severe shaking of each peck. The design of the woodpecker's beak also minimizes impact, with the upper beak slightly longer than the lower, and the lower beak made of stronger bone to help absorb impact.
But what's really cool is the fact that one of the conservation forests in PT Badak NGL is home to woodpeckers. One of the most commonly found species is the banded woodpecker (Chrysophlegma miniaceum). Who wants to see firsthand on the appearance of woodpeckers in PT Badak NGL forest?!
2. Liu, Y., Qiu, X., Ma, H., Fu, W., & Yu, T. X. (2017). A study of woodpecker's pecking process and the impact response of its brain. International Journal of Impact Engineering, 108, 263-271.
3. Bock, W. J. (1999). Functional and evolutionary morphology of woodpeckers. Ostrich, 70(1), 23-31.
4. Maryati. (2018). Diakses pada 01 Januari 2024 dari https://www.antaranews.com/berita/682882/kebiasaan-mematuk-burung-pelatuk-berdampak-pada-otaknya.[VERSI INDONESIA]
MENYELIDIKI KETAHANAN TERHADAP CEDERA OTAK PADA BURUNG PELATUK
Siapa nih yang dahulu waktu kecilnya suka nonton film kartun bernama Woody Woodpecker? Ternyata Burung ini ada wujud aslinya di Indonesia lho, Dengan ciri khasnya persis Woody Woodpecker sehingga diberi julukan burung pelatuk dengan kemampuan menghasilkan suara ringkikan lembut antara delapan hingga dua belas nada cepat pada satu nada.
Woodpecker atau biasa banyak dikenal dengan sebutan burung pelatuk oleh masyarakat Indonesia merupakan jenis burung yang memiliki kebiasaan paling unik, dibandingkan dengan semua jenis burung yang ada di dunia. Burung pelatuk mampu menumbuk berulang kali dengan paruh mereka ke batang pohon. Tujuan mereka melalukan itu adalah untuk mencari sumber makanan seperti seranga atau untuk menarik pasangan.
Wah, bagaimana burung pelatuk dapat berulang kali mematuk batang pohon tanpa merusak otaknya ya?
Nah, menurut Jurnal Internasional Rekayasa Dampak, Ilmuwan menemukan bahwa Burung pelatuk mematuk pada titik yang berbeda sedikit di setiap patukannya, jadi meminimalisir fokus impact di satu bagian otak saja. Tengkorak burung pelatuk lebih fleksibel berkat bentuk tulangnya yang berupa kepingan plat. Itu meminimalisir kerusakan otak akibat gerakan mematuk maju-mundur. Serta ada tulang lunak spesial di tengkorak burung pelatuk yang bernama hyoid bone yang menyelimuti seluruh tengkorak di luar otak. Tulang inilah yang mengikat otak burung pelatuk dan organ telinganya agar tetap diam dan tidak ikut terguncang parah setiap mematuk. Desain paruh burung pelatuk pun meminimalisir impact yaitu paruh atasnya lebih panjang sedikit dibanding paruh bawah, dan paruh bawahnya terbuat dari tulang yang lebih kuat untuk membantu menyerap impact.
Keren banget kan, tapi yang lebih keren itu fakta bahwa salah satu hutan konservasi yang ada di PT Badak NGL merupakan tempat hidupnya burung pelatuk loh. Salah satu jenis yang paling sering ditemukan adalah burung pelatuk merah (Chrysophlegma miniaceum). Siapa nih yang ingin melihat langsung rupa dari burung pelatuk yang ada di hutan PT Badak NGL?!
2. Liu, Y., Qiu, X., Ma, H., Fu, W., & Yu, T. X. (2017). A study of woodpecker's pecking process and the impact response of its brain. International Journal of Impact Engineering, 108, 263-271.
3. Bock, W. J. (1999). Functional and evolutionary morphology of woodpeckers. Ostrich, 70(1), 23-31.
4. Maryati. (2018). Diakses pada 01 Januari 2024 dari https://www.antaranews.com/berita/682882/kebiasaan-mematuk-burung-pelatuk-berdampak-pada-otaknya.